BANDUNG (Eksplore.co.id) – Dalam empat tahun terakhir sudah sebanyak 81.686 koperasi di seluruh Indonesia dibubarkan. Koperasi yang dibubarkan paling banyak terjadi pada 2016 yaitu sebanyak 45.629 unit. Berikutnya, pada 2017 sebanyak 32.778 koperasi. Tahun 2018 ada 2.830 koperasi dicabut nyawanya. Terakhir pada 2019, hanya 449 koperasi yang dibubarkan.
Sedangkan khusus Jawa Barat, semula terdapat 25 ribuan koperasi. Kini tinggal 13 ribu koperasi. Sebanyak 48% koperasi di Jawa Barat telah dibubarkan atau membubarkan diri.
Hal itu diungkapkan Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM Prof Rully Indrawan saat berbicara pada acara Workshop Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung (KPKB) di Bandung, Jumat (14/2/2020). “Saat ini, jumlah koperasi yang ada di Indonesia 126 ribuan,” ujar Prof Rully.
Menurut Rully, Kementerian Koperasi dan UKM akan terus melakukan seleksi. “Dengan seleksi ini, koperasi di Indonesia kini dalam kondisi lebih baik,” katanya.
Rully optimistis, walaupun jumlah koperasi menjadi lebih sedikit, yang terpenting adalah kualitasnya dan benefit yang diterima anggotanya. “Untuk itu, kami akan terus menggenjot koperasi agar bermanfaat bagi anggotanya,” tutur Rully.
Tahun ini, 2020, Kementerian Koperasi dan UKM sudah menyiapkan dana bergulir sebesar Rp1,8 triliun buat koperasi. Jenis koperasi yang akan diprioritaskan mendapat dana pinjaman tersebut adalah yang bergerak di sektor riil, seperti kerajinan, busana, hingga yang menggunakan teknologi tinggi.
“Koperasi seperti apa yang bisa mendapatkan dana itu tentunya harus memenuhi sejumlah persyaratan. Namun tentunya, kita berupaya agar persyaratan itu tidak memberatkan,” tutur Rully.
Sekretaris Kemenkop dan ULM ini menjelaskan, koperasi tidak bisa dilepaskan dari eksistensi usaga mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Ke depan, UMKM didorong untuk menjadi anggota koperasi. Begitu pun sebaliknya, anggota koperasi didorong untuk menjadi pelaku usaha.
Sebab dengan berkoperasi, kata Rully, UMKM di Indonesia akan lebih memiliki daya saing. Sebab, jika melihat kinerja ekspor UMKM di Indonesia, masih terbilang kecil di angka 14% karena lemahnya daya saing.
“Kita harus mengubah mindset, kalau koperasi itu skala usaha kecil. Jangan salah, jumlah koperasi besar di Indonesia 0,03% , lebih tinggi dibanding pengusaha besar yang hanya 0,01%”, kata Prof Rully. (ban)