Oleh: Dr. Adian Husaini*
HARI Selasa, 7 Juli 2020, kuliah Urgensi Pendidikan Sains Islam di At-Taqwa College Depok dimulai dengan materi: Sejarah Keagungan Sains Islam. Dr. Ir, Budi Handrianto menyajikan data menarik tentang kilasan sejarah keagungan sains Islam.
Bandingkan berbagai cerita tentang kejayaan sains Islam itu dengan cerita sejarah yang diajarkan di sekolah-sekolah di Indonesia. Sebagai contoh, bandingkan antara kisah tentang Muhammad Syarif al-Idrisi (1100-1166) dengan kisah Empu Gandring dan Ken Arok (1182-1227).
Muhammad Syarif al-Idrisi dikenal sebagai pelopor dalam Ilmu Geografi. Ia telah memberikan sumbangan besar dalam pembuatan peta bumi. Bukunya, Nuzhatul Mustaq fi Ikhtiraqil Afaq (Tempat Orang yang Rindu Menembus Angkasa) merupakan buku standar di bidang ilmu bumi- alam.
Dr. Budi menjelaskan, bahwa al-Idrisi melukis dengan tepat letak tempat di permukaan bumi dengan ilmu bintang (astronomi). Ia pernah ke Sisilia Italia untuk mengadakan penelitian setempat (on the spot research). Di sana ia dikagumi raja Sisilia turunan Normandia Rogier II (1129 – 1140), karena ia menghadiahkan bola bumi (globe) yang tepat kepada raja.
Ia juga membuat 71 peta dan menyusun buku ilmu bumi umum pada tahun 1154 M. Ringkasan bukunya dalam bahasa Arab dicetak tahun 1592 di Roma, sedang terjemah latin terbit tahun 1619 dengan judul “Geographia Nubiensis”.
Masih di zaman itu, dunia Islam berimpah dengan ribuan ilmuwan dalam berbagai bidang. Imam al-Ghazali juga hidup di zaman ini. Beliau wafat tahun 1111. Saat kuliah tentang Filsafat Barat di At-taqwa College, beberapa waktu lalu, Adnin Armas MA, menjelaskan kepeloporan Imam al-Ghazali dalam pemahaman tentang “Kausalitas” yang mendahului filosof Inggris David Hume (m. 1776).
Contoh lain adalah Abu Zakariya Yahya bin Awwam (w. 1185). Ia dikenal sebagai sarjana pertanian. Bukunya yang berjudul “al-Falahah” (pertanian) adalah buku pertanian terbaik di jamannya.
Sarjana ilmu tumbuhan yang terkenal adalah Abu Muhammad Dhiya’uddin Ibn Baithar (latin: Alpetragius, w. 1248). Karyanya: Al-Mughni fil Adwiyatil Mufradah (Bahasan mandiri tentang ramuan-ramuan sederhana) dan Al-Jami’ fil Adwiyatil Mufradah (Bahasan Lengkap tentang Ramuan-ramuan). Keduanya berisi ramuan tumbuhan obat. Dari 1400 ramuan obat, 300 adalah temuan sendiri.
Ilmuwan muslim juga memelopori pendirian industri kertas, 800 tahun sebelum dirikannya pabrik kertas pertama di Eropa tahun 1590. “Kaum muslimin berhasil mengembangkan pembuatan kertas putih dan berwarna. Cordoba, Fez dan Cadiz terkenal dengan industri kertasnya. Kaum muslimin mengembangkan pabrik kertas karena kebutuhan mereka terhadap buku,” papar Dr. Budi, yang juga seorang sarjana statistika lulusan IPB Bogor.
Tujuh jenis kertas yang sekarang kita kenal berasal dari Islam, yaitu: folio, double quarto, quarto, doble octavo dan octavo. Pabrik kertas pertama di Inggris berdiri tahun 1590 di Darfort, Belanda akhir abad ke-16 di Dordrecht, Holland Selatan.
Ilmuwan besar yang satu ini tentu tidak asing bagi kita, yaitu Ibnu Sina (980-1037). Salah satu karya monumental Ibnu Sina yang merangkum segala kemajuan ilmu kedokteran pada saat itu adalah “Qanun fit Thib” (The Canon of Medicine). Di Barat, Ibnu Sina disebut Avicenna. Selama abad ke-15 dan ke-16, buku ini dicetak 35 kali.
Karya Ibn Sina adalah yang pertama-tama diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Kitab Asy-Syifa’ diterjemahkan oleh Dominicus Gundissalinus (m. 1190) dan John dari Sevilla (m. 1153) di Toledo pada abad ke-12. Alfred dari Sareshel menerjemahkan bagian-bagian tentang kimia dan geografi di Spanyol pada awal abad ke-13. Al-Qanun fi At-Thibb diterjemahkan oleh Gerard dari Cremona (m. 1187) di Toledo.
*****
Demikianlah, dunia Islam telah begitu tinggi tradisi ilmunya pada abad ke-9 sampai ke-14. Begitu juga, dunia Barat (Eropa) mulai bergairah mengejar ilmu dengan mentransfer ilmu-ilmu dari kaum muslimin ke dalam kehidupan masyarakat mereka.
Bagaimana dengan negeri kita? Nah, bandingkan kisah-kisah keilmuan di dunia Islam dan Barat itu, dengan cerita-cerita yang diajarkan kepada para siswa di sekolah-sekolah kita. Simaklah cerita tentang Ken Arok (1182-1227), yang begitu populer di kalangan siswa kita. Patung Ken Arok setinggi 6 meter, kini terpajang di depan GOR Ken Arok Kota Malang.
Di Wikipedia, dikisahkan: “Ken Arok tumbuh menjadi berandalan yang lihai mencuri dan gemar berjudi, sehingga membebani Lembong dengan banyak hutang. Ia kemudian bersahabat dengan Tita, anak kepala Desa Siganggeng, sekarang Senggreng, Sumberpucung, Malang. Keduanya pun menjadi pasangan perampok yang ditakuti di seluruh kawasan Kerajaan Kadiri.
Akhirnya, Ken Arok bertemu seorang brahmana dari India bernama Lohgawe, yang datang ke tanah Jawa mencari titisan Wisnu. Dari ciri-ciri yang ditemukan, Lohgawe yakin kalau Ken Arok adalah orang yang dicarinya.
Atas bantuan Lohgawe, Ken Arok dapat diterima bekerja sebagai pengawal Tunggul Ametung. Ken Arok kemudian tertarik pada Ken Dedes, istri Tunggul Ametung yang cantik. Apalagi Lohgawe juga meramalkan kalau Ken Dedes akan menurunkan raja-raja tanah Jawa. Hal itu semakin membuat Ken Arok berhasrat untuk merebut Ken Dedes, meskipun tidak direstui Lohgawe.”
Masih menurut Wikipedia, Ken Arok akhirnya memesan keris kepada Mpu Gandring. Ken Arok kemudian merebut keris itu dan membunuh Empu Gandring. Keris Mpu Gandring kemudian digunakan untuk membunuh Tunggul Ametung. Ken Dedes menjadi saksi pembunuhan suaminya. Tetapi, ia akhirnya mau juga dikawini Ken Arok. Begitu liciknya Ken Arok, yang ditangkap justru Kebo Hijo.
Dikisahkan: “Malam berikutnya, Ken Arok mencuri keris pusaka itu dari tangan Kebo Hijo yang sedang mabuk arak. Ia lalu menyusup ke kamar tidur Tunggul Ametung dan membunuh majikannya itu di atas ranjang. Ken Dedes menjadi saksi pembunuhan suaminya. Namun hatinya luluh oleh rayuan Ken Arok. Lagi pula, Ken Dedes menikah dengan Tunggul Ametung dilandasi rasa keterpaksaan.”
Itulah kisah sejarah yang begitu populer di kalangan siswa-siswa kita. Apakah perilaku Ken Arok itu sesuai dengan Pancasila?
(www.adianhusaini.id)
(Depok, 8 Juli 2020).