BANDUNG (Eksplore.co.id) – Kondisi ekonomi akibat pandemi covid-19 sangatlah buruk dan mendekati lumpuh. Kalangan UMKM termasuk yang paling menderita. Karenanya perlu langkah penyelamatan.
Bagi Rektor Institut Manajemen Koperasi Indonesia (Ikopin) Burhanuddin Abdullah, setidaknya ada dua langkah strategis untuk menolong sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Yaitu, meningkatkan kemampuan dan ketrampilan. Mereka para UMKM harus bersatu untuk meningkatkan daya tawar.
Menurut dia, hal itu terasa demagogis dan terkesan agak klise. Tetapi realita menunjukkan bahwa sebagian pasar UMKM adalah buyers market. “Karena itu, maka seruan untuk menggalang kebersamaan agar memiliki kedudukan tawar-menawar yang tinggi patut dipertimbangkan. misalnya dengan mendirikan koperasi UMKM sejenis,” kata Burhanuddin saat membuka Web-Seminar bertajuk ‘Restrukturisasi Bisnis UMKM Pasca Covid-19’ yang diadakan Pusat Inkubator Bisnis &Kewirausahaan (PIBI) Ikopin, Jumat (29/5/2020).
Meningkatkan ketrampilan dan bersatu dalam satu wadah koperasi merupakan bagian penting dari restrukturisasi bisnis UMKM. Langkah strategis lain untuk menolong UMKM, kata mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) ini adalah dengan memikirkan kembali visi dan misi perusahaan, pengorganisasian, pengembangan jaringan kelembagaan, dan tata kelola.
“Kita berharap ada upaya-upaya restrukturisasi menyeluruh pada aspek-aspek aset/portofolio, permodalan/ keuangan, dan manajemen/organisasi. Hal tersebut akan memungkinkan perusahaan dapat beradaptasi dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, berkinerja lebih sehat, dan berkembang di kemudian hari,” tuturnya. Banyak cara atau teknik yang dapat dipilih untuk melakukannya. Rescheduling, haircut, debt to asset swap, pemberian utang baru, reorganisasi adalah sebagian dari cara-cara tersebut.
Burhanuddin mengungkapkan, sebagian besar dunia usaha berharap pandemi covid-19 segera berakhir. Sebab, selama mengikuti upaya pencegahan terhadap virus corona, ternyata berdampak sangat buruk bagi perekonomian nasional. Sebagian masyarakat diminta untuk menghentikan gerak dan kegiatannya mengikuti anjuran protokol kesehatan. Maka perekonomian pun mendekati kelumpuhan (paralysis).
Dia juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan terpuruk hingga negatif. Pada kwartal I hanya tumbuh 2,97% jauh lebih rendah dari perkiraan semula sebesar 5,07%. “Banyak yang menduga termasuk Pemerintah bahwa tidak tertutup kemungkinan perekonomian Indonesia pada 2020 akan tumbuh negatif -0.4 %. Kondisi ini telah memberikan dampak besar terhadap pelaku UMKM,” katanya.
Sebelumnya, Pemerintah sudah mengeluarkan PP No 23 tahun 2020 tentang Program Pemulihan Ekonomi Nasional. “Tentu kita dan terutama para pengusaha UMKM turut gembira dengan program tersebut. Apalagi setelah menyimak di dalamnya ada program restrukturisasi kredit dan tambahan modal kerja termasuk untuk UMKM,” kata Burhanuddin lagi.
Direktur PIBI Indra Fahmi menjelaskan, webinar itu diadakan untuk menyambut diberlakukannya regulasi new normal atau tatanan baru kehidupan sosial masyarakat pasca pandemic Covid-19 1 Juni 2020.
Ada tiga narasumber yang dihadirkan, yaitu Deputi Restrukturisasi Usaha Kementerian Koperasi dan UKM Eddy Satria, Pimpinan BI Wilayah Jabar Herawanto, serta Dirut PT Sriboga Bakery Dudut Prasetyo. Webinar diikuti 674 orang peserta dari kalangan akademisi, praktisi pendidikan dan pelaku UKM (kuliner, konveksi, pertanian, peternakan, perikanan dan jasa). Mereka tersebar di 29 provinsi dan dari luar negeri, yaitu Belanda, Philipina, dan Malaysia.
Sementara itu, Eddy Satriya mengungkapkan beberapa hsl tentang kondisi eksisting UMKM dan koperasi selama pandemi Covid-19, peran dan rencana reaktivasi & pemulihan usaha KUMKM.
Menurut Eddy, dalam menyikapi pandemi ini saat ini pemerintah telah meluncurkan program-program untuk KUKM. Di antaranya; lima skema Perlindungan dan Pemulihan KUKM, Penanganan Dampak Ekonomi KUKM di Masa dan Pasca Pandemi Covid – 19, serta Belanja di Warung Tetangga. (bs)