JIKA Badan Inteljen Negara (BIN) ada pasukan bersenjatanya, saya bilang yang bikin konsep berotak udang, tempat berpikir dan tempat kotoran jadi satu, jadi mikirnya selalu campur kotoran.
Mudah mudahan hanya kurang pahamnya saya terhadap informasi yang ada. Tapi jika benar, hanya pemikiran konyol yang menelurkan gagasan seperti ini (jadi ingat masa NAZI nya Hitler, Jerman).
Peran BIN adalah mencari, mengumpulkan, mengolah informasi menjadi inteljen untuk disediakan atau diberikan kepada Presiden, sebagai bahan keputusan /solusi, baik dari luar / dalam negeri.
Adagium orang-orang inteljen, yang abai prestasi, hilang tak dicari, mati salah sendiri, dan apa yang nampak belum tentu seperti itu, sebaliknya yang tidak tampak belum tentu tidak ada. Ini bermakna dedikatif yang tinggi, bergerak cerdas, cermat, berani, senyap dan dahsyat.
Maka jika ada penampakan moncong-moncong senjata laras panjang, jelas menyimpang bahkan melanggar sumpahnya sendiri. Seakan ada rencana jahat, sistematis dan terselubung yang tak jelas arah tujuannya.
Belum lagi dampaknya terhadap jajaran inteljen kebawah, yang akan memunculkan guru kencing berdiri murid kencing berlari
Simbol senjata laras panjang adalah simbol kekerasan atau mematikan yang selayaknya dipunyai oleh pasukan tempur.
Jika ini dimiliki oleh pasukan intelijen secara fisiologis, sosiolistis maupun yuridis sudah nggak relevan. Bisa menimbulkan kesan negatif seakan ada otot yang memaksa, menekan, dan menakutkan. Kalau sudah seperti ini, akan kehilangan info yang akurat dan dijauhi sasaran.
Sebaiknya BIN mau evaluasi diri, kegagalannya tugas yang dibebankan yang tidak mampu meredam kekacauan negara ini, barangkali salah prediksi atau tidak mampu dan tidak tepat menyediakan bahan inteljen untuk bangsa dan negara ini.
Bandung, 12 September 2020
*Sugengwaras, purnawirawan TNI, pemerhati masalah pertahanan dan keamanan NKRI.