JAKARTA (Eksplore.co.id) – Ada pernyataan Ketua MPR RI Bambang Soesatyo yang tentu menyentak kesadaran kita, yaitu bahwa Indonesia saat ini ternyata masih belum bebas dari berbagai penjajahan. Memang bukan penjajahan dalam benuk intervensi militer suatu negara.

“Bukan penjajahan atas nama kolonialisme maupun imperialisme dalam bentuk intervensi militer. Tetapi, penjajahan atas rasa takut terhadap kesehatan, penjajahan atas rasa takut terhadap kebodohan, dan penjajahan atas rasa takut terhadap kemiskinan,” kata Bambang yang akrab disapa Bamsoet.

Pernyataan itu diungkapkan Bamsoet usai  peringatan detik-detik Proklamasi Kemerdekaan Repubkik Indonesia ke-75 di Istana Kepresidenan, Senin (17/8/2020). “Indonesia harus tetap semangat dan yakin bahwa berbagai bentuk penjajahan, seperti kemiskinan dan kebodohan akan bisa diatasi. Karena itu dengan semangat bersama dan gotong-royong, masyarakat bisa wujudkan Indonesia maju,’’ katanya.

Bamsoet pun menyitir pidato Presiden Soekarno pada pembukaan Konferensi Asia Afrika pada 18 April 1955, bahwa kolonialisme juga memiliki pakaian modern berupa penguasaan ekonomi, intelektual, maupun material.

Disitir pula pidato Bung Karno saat peringatan Hari Pahlawan 10 November 1961 yang mengingatkan  bahwa perjuangan yang dilakukannya bersama para pendahulu bangsa lebih mudah karena mengusir penjajah. Namun, perjuangan generasi masa depan akan lebih sulit karena melawan bangsa sendiri.

“Pendapat tersebut saat ini semakin nyata, hanya segelintir orang saja yang memiliki akses terhadap kekayaan. Laporan Global Wealth Report 2020 dari Boston Consulting Group menempatkan Indonesia di peringkat empat negara dengan tingkat kesenjangan tertinggi di dunia, setelah Rusia, India, dan Thailand,” tutur mantan Ketua DPR RI ini, yang mendapat tugas membacakan Teks Proklamasi

Dia menambahkan, “walaupun kekayaan per orang meningkat 6 kali lipat selama periode 2000-2016, namun setengah aset kekayaan di Indonesia dikuasai hanya 1% orang terkaya. Kesenjangan antara kaya dan miskin mencapai 49%. Hal itu memperlihatkan kekayaan rata-rata penduduk Indonesia masih rendah.’’

Bamsoet menyatakan, peringatan detik-detik proklamasi tak sekadar upacara seremonial tanpa makna. Melainkan menjadi pengingat bahwa saat ini bangsa Indonesia sudah memasuki usia kemerdekaan ke-75 tahun. Berbagai hal yang dinikmati dari bumi, air, dan kekayaan alam Indonesia saat ini, tak lepas dari pengorbanan para pejuang bangsa di masa lalu. Karenanya, guna memastikan Indonesia tetap berdiri tegak di  masa depan, generasi terkini perlu melakukan pengorbanan di masa sekarang.

“Kita harus mencontoh filosofi petani pohon jati. Mereka rela menanam bibit jati, walaupun belum tentu akan menikmati hasil panennya. Itulah esensi sebenarnya jati diri bangsa Indonesia, menanam hari ini bukan semata untuk diri sendiri, melainkan untuk dinikmati anak bangsa esok hari,” tutur wakil ketua umum DPP Partai Golkar ini. (bs)

Advertisement

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini