Koppontren BMT UGT Sidogiri Diaku Besar Karena Mandiri
PASURUAN – EKSPLORE (26/9/2018) – Apa kata kunci yang menyebabkan Koperasi Baitut Maal wa Tamwil Usaha Gabungan Terpadu (BMT UGT) Sidogiri maju berkembang dengan pesat. Asetnya hingga akhir 2017 mencapai Rp2,5 triliun.
Satu kata itu adalah ‘mandiri’. Termasuk mandiri dari fasilitas pemerintah. Itulah yang diungkapkan Ketua Koperasi BMT UGT Sidogiri Mahmud Ali Zain.
“Masyarakat yang akan mendirikan koperasi jangan hanya sekadar ingin memperoleh manfat program-program bantuan dari pemerintah. Tapi, pendirian koperasi harus memiliki visi membangun kemandirian,” kata Mahmud.
Jika pendirian koperasi hanya untuk mendapatkan program-program dari pemerintah, dia meyakini, koperasi itu tidak akan bertahan lama atau tidak aktif dan bahkan mati suri.
Kemandirian itulah yang selama ini dipegang teguh oleh Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah (KSPPS) BMT Sidogiri sejak mulai beroperasi pada 6 Juni 2000. Dia ingin membangun kemandirian ekonomi khususnya di lingkungan Ponfok Pessntren Sidogiri, Sidoarjo itu berdasarkan semangat kegotongroyongan dan kekeluargaan.
Bung Hatta, kata dia, sebagai Bapak Koperasi. Dari awal Bung Hatta mengajarkan berkoperasi yang seperti itu. Karena itu, Kiai Mahmud berkomitmen agar nilai-nilai tersebut mampu menjadi spirit bagi para alumni pesantren Sidogiri yang kini tersebar di seluruh pelosok Indonesia. “Mewujudkan kemandirian ekonomi melalui berkoperasi sangat penting, karena dengan kemandirian akan mampu menentukan nasib hidup sendiri,” tutur pendiri pondok pesantren tersebut.
Itu sebabnya, BMT UGT Sidogiri bercita-cita menjadi soko guru dalam mengkonsolidasikan potensi-potensi ekonomi yang ada di masyarakat. “Itulah yang kita harapkan ketika mendirikan BMT UGT Sidogiri tersebut,” terangnya.
Sebagai sebuah koperasi pesantren terbesar di Indonesia, BMT UGT Sidogiri mengembangkan berbagai unit bisnis yang dikelola oleh para alumni pondok pesantren Sidogiri. Di antara usaha itu adalah perusahaan IT, asuransi, properti, agro, travel haji, dan umroh.
“Dengan berbagai bisnis tersebut dan jaringan yang kami kelola, BMT UGT Sidogiri mampu meningkatkan taraf hidup ekonomi masyarakat,” ungkapnya.
Komitmen Pemerintah
Selain mengutamakan kemandirian dalam berusaha, kata Mahmud, peran pentingnya adalah komitmen atau kepedulian pemerintah daerah terhadap koperasi. “Karena, biar bagaimana pun pemerintah daerah sangat memberi warna terhadap perkembangan koperasi di Tanah Air. Artinya, kepedulian mereka terhadap koperasi harus terus ditingkatkan agar koperasi di daerah itu bisa maju,” kata orang nomor satu di Koperasi BMT Sidogiri ini. .
Jadi, kata dia, yang paling penting agar koperasi bisa maju dan berkembang adalah pemerintah, baik pusat dan daerah betul-betul semangat untuk mengembangkan koperasi. Dia menambahkan, kalau pemerintahnya tidak pernah berbicara tentang pentingnya berkoperasi dalam meningkatkan perekonomian nasional, bagaimana mungkin generasi milenial bisa tertarik untuk berkoperasi.
Kendati demikian, Mahmud Ali mengakui bahwa dalam dua tahun terakhir ini, pemerintah pusat khususnya Kementerian Koperasi dan UKM serius mendorong perkembangan dan perbaikan kinerja koperasi bahkan mengajak para kaum milenial untuk berkoperasi.
Langkah yang dilakukan Kementerian Koperasi dan UKM di antaranya menfasilitasi terbitnya Nomor Induk Koperasi (NIK), Standarisasi Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI), dan menghapus koperasi-koperasi yang tidak aktif menjalankan fungsi dan perannya sesuai Undang-Undang Perkoperasian.
“Kami sangat mengapresiasi kebijakan Menteri Koperasi dan UKM AAGN Puspayoga yang berani membubarkan koperasi-koperasi yang tidak aktif atau tidak menjalankan operasionalnya sesuai aturan,” ungkapnya.
Menurut dia, dengan dibubarkannya koperasi-koperasi yang tidak aktif, diharapkan ke depan koperasi yang masih ada akan semakin berkualitas. Dengan demikian, koperasi akan menjadi lembaga keuangan inklusif yang kompetitif. Dis berharap pula kaum milenial akan semakin tertarik untuk berkoperasi.
Per akhir tahun 2017, total aset BMT UGT Sidogiri mencapai Rp 2,4 triliun. Hingga akhir tahun 2018 ditargetkan asetnya bertambah pesat nenjadi Rp 5 triliun.
Untuk mengejar target aset tersebut, BMT yang kini memiliki jumlah anggota sebanyak 16.647 orang itu, pengurus akan meningkatkan jaringan pelayanan dan profesionalisme sumber daya manusianya.
Saat ini, BMT UGT Sidogiri memilik jaringan kantor cabang yang tersebar di 49 provinsi. “Kami optimistis dengan jumlah jaringan tersebut mampu memberikan pelayanan kepada anggota dan masyarakat yang kepingin hijrah dalam sistem keuangan syariah,” kata Mahmud.
Koperasi BMT Usaha Gabungan Terpadu Sidogiri disingkat “Koperasi BMT UGT Sidogiri” mulai beroperasi pada tanggal 5 Rabiul Awal 1421 H atau 6 Juni 2000 M. di Surabaya dan kemudian mendapatkan badan Hukum Koperasi dari Kanwil Dinas Koperasi PK dan M Propinsi Jawa Timur dengan SK Nomor: 09/BH/KWK.13/VII/2000 tertanggal 22 Juli 2000.

BMT UGT Sidogiri didirikan oleh beberapa orang yang berada dalam satu kegiatan Urusan Guru Tugas Pondok Pesantren Sidogiri (Urusan GT PPS). Mereka berprofesi sebagai guru dan pimpinan madrasah, alumni Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan dan para simpatisan yang menyebar di wilayah Jawa Timur.
Koperasi BMT UGT Sidogiri membuka beberapa unit pelayanan anggota di kabupaten/kota yang dinilai potensial. Alhamdulillah, pada saat ini BMT UGT Sidogiri telah berusia 13 tahun dan sudah memiliki 277 Unit Layanan Baitul Maal wat Tamwil/Jasa Keuangan Syariah.
Pengurus akan terus berusaha melakukan perbaikan dan pengembangan secara berkesinambungan pada semua bidang baik organisasi maupun usaha. Untuk menunjang hal tersebut maka anggota koperasi dan penerima amanat perlu memiliki karakter STAF, yaitu Shiddiq (jujur), Tabligh (Transparan), Amanah (dapat dipercaya) dan Fathanah (Profesional).(ban)