catatan Abu Hanifah*

SEJAK pindah kantor ke Departemen Perindustrian. Saya selalu datang pagi. Setiap masuk kantor, bareng dengan pegawai negeri lainnya. Bedanya mereka mengisi absen elektronik, dengan menekankan salah satu jarinya ke mesin. Sedangkan saya langsung ke ruangan di lantai dua. Tidak terlalu jauh dari ruang menteri. Sehingga bila dipanggil bisa cepat menghadap. Begitu juga dengan ruang Sekretaris Menteri Emmy Hutapea Hanya nempel dekat pintu utama ke ruang Menteri.

Satu hal yang menyenangkan di tempat baru. Saya banyak mendapatkan sahabat dan teman-teman baru. Tidak padang bulu, mau eselon satu atau pun satpam semua diajak berkawan. “Toh mereka sama-sama manusia. Belum tentu yang punya jabatan, paling mulia dan tinggi derajatnya. Karena sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah. Adalah orang yang paling bertakwa.” (QS. 49 : 13).

Sejak berkantor di (Deprind) banyak PNS yang datang ruang saya. Macam-macamlah keperluannya. Ingin berkenalan, ingin bersahabat dan ingin lebih dekat. Ujung-ujungnya curhat bahwa sudah lama tidak naik pangkat, atau naik jabatan. Saya minta yang bersangkutan membuat riwayat hidup. Kemudian saya kordinasikan dengan Kepala Biro Kepegawaian. Ternyata yang bersangkutan pasukan raiders 804. Jam delapan absen masuk, siang gak jelas juntrungannya. Jam 4 sore atau jam pulang kantor absen lagi.

Memang kehidupan dunia ini hanya permainan dan senda-gurau. Sering orang luar datang ke kantor. Ngakunya pengusaha. Berbincang bahwa ada kerjaan/proyek di biro tertentu. Dia berjanji akan memberi komisi 25 persen kepada saya bila mendapatkan pekerjaan. Dengan baik-baik saya jelaskan bahwa saya diangkat staf khusus, bukan ut mengurus proyek. Ikut tender saja baik-baik. Kalau menang itu rezeki anda, tegas saya. *Dalam hati saya bertekad. Makanlah dari apa yang telah diberikan Allah sebagai rezeki halal dan baik. (QS. 5 : 88).

Suatu kali ketika berkunjung ke Korea Selatan, pernah diinterograsi oleh petugas Imigrasi. Karena nama saya Abu Hanifah, mirip nama teroris. Hampir satu jam saya ditanya-tanya. Sehingga Bang Alwi Hamu, anggota rombongan yang Staf Khusus Wapres Jusuf Kalla. Marah dengan orang kedutaan RI di Korea.* Abu itu, di paspornya dinas, ada Burung Garuda. Jangan dibiarkan dia dibuat susah. Untunglah sewaktu kunjungan ke Polandia tidak ada masalah. *Dubesnya waktu itu Haz Pohan urus kita dengan sebaik-baiknya. Bahkan malam pertama saya dan Agus Wahyudi, tidur di rumah Duta Besar.

Tahun 2008, Menteri mengajak saya untuk kuliah di Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran. Ambil S-2 Hukum Bisnis. Saya katakan bahwa sudah punya S-2 (MM) dari Universitas Persada (YAI). Menteri terus mengajak untuk kuliah lagi. “Abu hanya datang kuliah saja. Urusan uang kuliah, uang penelitian dan uang buku, nanti abang yang bayar.” Akhirnya kuliahlah kami bertiga, Fahmi Idris, anaknya Fahira, dan saya Abu Hanifah. Setiap habis kuliah di malam hari. Rekaman materi kuliah diketik staf di kantor. Sore hari telah tersedia di meja Menteri. Sehingga sekitar satu tahun setengah beliau diwisuda. Berhak memakai gelar Master Hukum (MH) di belakang namanya. Sedangkan saya baru bisa menyelesaikan selama 4 tahun, karena terkendala stroke. (lanjut pengobatan stroke).

Salam dari Mutiara Baru.
Kamis. 3 September 2020.

*abu hanifah, mantan staf khusus Menteri Perindustrian

Advertisement

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini